Selasa, 30 Mei 2017

Makalah Pengembangan Sumber Daya Manusia

PENILAIAN KERJA

 Makalah Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dosen:
Prof. Dr. H.M. Darwis Hude, M.Si.

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau instansi. Oleh karena itu, diperlukan Sumber Daya Manusia yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi agar dapat mendukung peningkatan prestasi kinerja karyawan.
Karena adanya tantangan-tantangan baru untuk meningkatkan pelayanan publik baik kualitas maupun kuantitasnya, maka merupakan suatu hal yang mendesak bagi organisasi maupun perusahaan untuk melakukan peningkatan dan pengembangan kemampuan, pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusianya, sehingga diharapkan akan bisa menghasilkan pegawai yang memiliki tingkat kompetensi yang kompetitif.
Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus bisa menampung berbagai tantangan eksternal yang dihadapi oleh para pegawai, terutama yang mempunyai dampak kuat terhadap pelaksanaan tugasnya. Tidak dapat disangkal bahwa berbagai situasi yang dihadapi oleh seseorang di luar pekerjaannya, seperti masalah keluarga, keadaan keuangan, tanggung jawab sosial dan berbagai masalah pribadi lainnya pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja seseorang.
Hal ini berarti sistem penilaian tersebut harus memungkinkan para pegawai untuk mengemukakan berbagai masalah yang dihadapinya itu. Organisasi seyogianya memberikan bantuan kepada para anggotanya untuk mengatasi masalahnya itu.
Penilaian prestasi sebenarnya tidak hanya untuk kepentingan perubahan status Karyawan (dari status percobaan/kontrak akan menjadi tetap) atau untuk  kenaikan jabatan saja. Tapi juga bisa untuk menentukan mutasi, demosi, kenaikan gaji berkala (kalau ada), perhitungan insentif, bonus dan bentuk reward yang lain.
B.  Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.    Apa  Pengertian Penilaian Kinerja ?
2.    Apa Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja ?
3.    Apa Metode Penilaian Kinerja ?
4.    Bagaimana Proses Penyusunan Penilaian Kinerja ?
5.    Bagaimana Masalah dan Solusi Penilaian Kinerja?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Penilaian Kinerja 
Menurut Gary Dessler bahwa penilaian kinerja berarti mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan/atau di masa lalu relatif terhadap standar prestasinya.[1] Menurut James J. Jones dan Donald L. Walters bahwa personnel appraisal (proses penilaian karyawan) dan staff development(program pengembangan staff) telah dipandang secara tradisional  sebagai dua buah fungsi utama dari manajemen sumber daya manusia. Saat ini, berkembang sebuah pendapat yang melihat kedua hal tersebut secara kolektif sebagai satu fungsi, seperti halnya “roti dan mentega” yang dianggap sebagai kata benda tunggal. Penilaian tanpa pengembangan dan pengembangan tanpa penilaian akan menjadi sebuah konsep yang lemah bila dibandingkan dengan ketika keduanya dikumpulkan menjadi sebuah konsep tunggal. Kelemahan yang ada pada salah satu dari konsep tersebut tidak akan bisa ditebus tanpa memperhatikan konsep lainnya.[2]
Siagian menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai yang di dalamnya terdapat berbagai faktor seperti :[3]
1.    Penilaian dilakukan pada manusia sehingga disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan;
2.    Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan secara obyektif;
3.    Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan lima maksud:
a.    Apabila penilaian tersebut positif maka penilaian tersebut menjadi dorongan kuat bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi pada masa yang akan datang sehingga kesempatan meniti karier lebih terbuka baginya.
b.    Apabila penilaian tersebut bersifat negatif maka pegawai yang bersangkutan mengetahui kelemahannya dan dengan sedemikian rupa mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut.
c.    Jika seseorang merasa mendapat penilaian yang tidak obyektif, kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan sehingga pada akhirnya ia dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya.
d.   Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan secara rapi dalam arsip kepegawaian setiap pegawai sehingga tidak ada informasi yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai bersangkutan;
e.    Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang dambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.
Penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe merupakan suatu sistem formal yang secara berkala digunakan untuk mengevaluasi kinerja individu dalam menjalankan tugas-tugasnya.[4] Sedangkan Mejia, mengungkapkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari:[5]
1.    Identifikasi, yaitu menentukan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil analisa jabatan.
2.    Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses ini, pihak manajemen menentukan kinerja pegawai yang bagaimana yang termasuk baik dan buruk. Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan perbandingan dengan nilai-nilai standar atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.
3.    Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja. Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi pegawai di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian penilaian kinerja, terdapat benang merah yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu sistem penilaian secara berkala terhadap kinerja pegawai yang mendukung kesuksesan organisasi atau yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya. Proses penilaian dilakukan dengan membandingkan kinerja pegawai terhadap standar yang telah ditetapkan atau  memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.  
B.  Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
1.    Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian kinerja menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2002) dalam Sri Minarti secara umum adalah untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai, seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan, latihan, dan lain-lain.[6]
Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu:[7]
1)   Performance Improvement. Memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja.
2)   Compensation Adjustment. Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
3)   Placement Decision. Menentukan promosi, transfer, dan demotion.
4)   Training and Development Needs. Mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal.
5)   Carrer Planning and Development. Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dicapai.
6)   Staffing Process Deficiencies. Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai.
7)   Informational Inaccuracies and Job Design Errors. Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi job analysis, job design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia.
8)   Equal Employment Opportunity. Menunjukkan bahwa placement decision tidak diskriminatif.
9)   External Challenges. Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya. Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian kinerja, faktor-faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai.
10)                   Feedback. Memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi pegawai itu sendiri.
           Berdasarkan kesepuluh tujuan di atas, berbagai pihak manajemen lembaga dan perusahaan mengarahkan tujuan penilaian kinerja untuk :
1.    Memberikan feedback bagi pegawai dan urusan kepegawaian
2.    Dipergunakan sebagai pertimbangan penentuan sistem reward (namun pada kenyataannya berdasarkan hasil penilaian kinerja periode Desember 2004, justru penilaian kinerja sebagai pertimbangan penentuan punishment bagi pegawai yang kinerjanya kurang baik)
3.    Dipergunakan sebagai pertimbangan promosi dan rotasi pegawai
4.    Dipergunakan sebagai sumber informasi tentang kebutuhan pelatihan dan pengembangan pegawai. 
2.    Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut (Sondang P. Siagian, bahwa penilaian kinerja tenaga kependidikan bermanfaat bagi sekolah dalam beberapa hal, antara lain:[8]
a)    Mendorong peningkatan prestasi kerja
b)   Sebagai pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan
c)    Untuk kepentingan mutasi pegawai
d)   Untuk menyusun program pendidikan dan pelatihan
e)    Membantu para pengawas menentukan rencana kariernya
C.  Metode Penilaian Kinerja
Banyak metode dalam penilaian kinerja yang bisa dipergunakan, namun secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu past oriented appraisal methods (penilaian kinerja yang berorientasi pada masa lalu) dan future oriented appraisal methods (penilaian kinerja yang berorientasi ke masa depan), Past based methods adalah penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya. Kelebihannya adalah jelas dan mudah diukur, terutama secara kuantitatif. Kekurangannya adalah kinerja yang diukur tidak dapat diubah sehingga kadang-kadang justru salah menunjukkan seberapa besar potensi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu, metode ini kadang-kadang sangat subyektif dan banyak biasnya.  Future based methods adalah penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi pegawai dan mampu untuk menetapkan kinerja yang diharapkan pada masa datang. Metode ini juga kadang-kadang masih menggunakan past method.[9]
Catatan kinerja juga masih digunakan sebagai acuan untuk menetapkan kinerja yang diharapkan. Kekurangan dari metode ini adalah keakuratannya, karena tidak ada yang bisa memastikan 100% bagaimana kinerja seseorang pada masa datang. pendekatan penilaian kinerja oleh Wherther di atas berbeda dengan klasifikasi yang dilakukan oleh Kreitner dan Kinicki (2000). Berdasarkan aspek yang diukur, Kreitner dan Kinicki mengklasifikasikan penilaian kinerja menjadi tiga, yaitu : pendekatan trait, pendekatan perilaku dan pendekatan hasil.
Pendekatan trait adalah pendekatan penilaian kinerja yang lebih fokus pada orang. Pendekatan ini melakukan perankingan terhadap trait atau karakteristik individu seperti inisiatif, loyalitas dan kemampuan pengambilan keputusan. Pendekatan trait memiliki kelemahan karena ketidakjelasan kinerja secara nyata. Pendekatan perilaku, pendekatan ini lebih fokus pada proses dengan melakukan penilaian kinerja berdasarkan perilaku yang tampak dan mendukung kinerja seseorang. Sedangkan pendekatan hasil adalah pendekatan yang lebih fokus pada capaian atau produk. Metode penilaian kinerja yang menggunakan pendekatan hasil seperti metode management by objective (MBO).[10]
Metode-metode penilaian kinerja yang sesuai dengan pengkategorian dua tokoh di atas yang paling banyak digunakan menurut Mondy dan Noe adalah:[11]
1.    Written Essays, merupakan teknik penilaian kinerja yaitu evaluator menulis deskripsi mengenai kekuatan pekerja, kelemahannya, kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan memberikan saran-saran untuk pengembangan pekerja tersebut.
2.    Critical Incidents, merupakan teknik penilaian kinerja yaitu evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku/pencapaian terbaik dan terburuk (extremely good or bad behaviour) pegawai.
3.    Graphic Rating Scales, merupakan teknik penilaian kinerja yaitu evaluator menilai kinerja pegawai dengan menggunakan skala dalam mengukur faktor-faktor kinerja (performance factor). Misalnya adalah dalam mengukur tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai. Skala yang digunakan adalah 1 sampai 5, yaitu 1 adalah yang terburuk dan 5 adalah yang terbaik. Jika tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja, misalnya, maka ia diberi nilai 3 atau 4 dan begitu seterusnya untuk menilai faktor-faktor kinerja lainnya. Metode ini merupakan metode umum yang paling banyak digunakan oleh organisasi.
4.    Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS), merupakan teknik penilaian kinerja yaitu evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang mencerminkan dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya adalah penilaian pelayanan pelanggan. Bila pegawai bagian pelayanan pelanggan tidak menerima suap dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang berarti kinerja lumayan. Bila pegawai itu membantu pelanggan yang kesulitan atau kebingungan, ia diberi skala 7 yang berarti kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode ini mendeskripsikan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja yang diharapkan. Pada contoh di atas, nilai 4 dideskripsikan dengan tidak menerima suap dari pelanggan. Nilai 7 dideskripsikan dengan menolong pelanggan yang membutuhkan bantuan. Dengan mendeskripsikannya, metode ini mengurangi bias yang terjadi dalam penilaian.
5.    Multiperson Comparison, merupakan teknik penilaian kinerja yaitu seorang pegawai dibandingkan dengan rekan kerjanya. Biasanya dilakukan oleh supervisor. Ini sangat berguna untuk menentukan kenaikan gaji (merit system), promosi, dan penghargaan perusahaan.
6.    Management By Objectives. Metode ini juga merupakan penilaian kinerja, yaitu pegawai dinilai berdasarkan pencapaiannya atas tujuan-tujuan spesifik yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan-tujuan ini tidak ditentukan oleh manajer saja, melainkan ditentukan dan disepakati bersama oleh para pegawai dan manajer.
Setiap metode di atas memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing, sehingga tidak baik bagi organisasi untuk menggantungkan penilaian kinerjanya hanya pada satu jenis metode saja. Sebaiknya, organisasi menggabungkan beberapa metode yang sesuai dengan lingkup organisasinya.[12]
D.  Proses Penyusunan Penilaian Kinerja
Menurut Gary Dessler bahwa proses penilaian kinerja terdiri dari tiga tahap: mendefinisikan pekerjaan, menilai kinerja, dan memberikan umpan balik.[13]
1.    Pendefinisian pekerjaan, berarti memastikan bahwa anda dan bawahan anda setuju dengan kewajiban dan standar pekerjaannya.
2.    Penilaian kinerja, berarti membandingkan kinerja sesungguhnya dari bawahan anda dengan standar yang telah ditetapkan; ini biasanya melibatkan beberapa jenis formulir peringkat.
3.    Umpan balik, berarti atasan dan bawahan mendiskusikan kinerja dan kemajuan bawahan, dan membuat rencana untuk pengembangan apapun yang dibutuhkan.
Proses penyusunan penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe terbagi dalam beberapa tahapan kegiatan yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini:[14]
1.    Identifiksi Tujuan
2.    Mendiskusikan hasil penilaian dengan pegawai
3.    Menilai Kinerja Pegawai
4.    Menetapkan Standar Terhadap Suatu Jabatan
5.    Menyusun Sistem Penilaian Kerja
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sistem penilaian kinerja yaitu harus digali terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi dengan adanya sistem penilaian kinerja yang akan disusun. Hal ini menjadi penting karena dengan mengetahui tujuan yang ingin dicapai akan lebih memudahkan dalam menentukan desainpenilaian kinerja. 
Langkah yang kedua, menetapkan standar yang diharapkan dari suatu jabatan, sehingga akan diketahui dimensi-dimensi apa saja yang akan diukur dalam penilaian kinerja. Dimensi-dimensi tersebut tentunya harus sangat terkait dengan pelaksanaan tugas pada jabatan itu. Tahap ini biasanya dapat dilakukan dengan menganalisa jabatan (job analysis) atau menganalisa uraian tugas masing-masing jabatan. 
Setelah tujuan dan dimensi yang akan diukur dalam penilaian kinerja diketahui, maka langkah selanjutnya yaitu menentukan desain yang sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penentuan desain penilaian kinerja ini harus selalu dikaitkan dengan tujuan penilaian. Hal ini karena tiap-tiap desain penilaian kinerja memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Sebagai contoh, penilaian kinerja yang dilakukan untuk menentukan besaran gaji pegawai dengan penilaian kinerja yang bertujuan hanya untuk mengetahui kebutuhan pengembangan tentunya memiliki desain yang berbeda.
Langkah berikutnya adalah melakukan penilaian kinerja terhadap pegawai yang menduduki suatu jabatan. Penilaian kinerja ini dapat dilakukan oleh atasan saja, atau dengan sistem 360o. Penilaian dengan sistem 360o maksudnya adalah penilaian satu pegawai dilakukan oleh atasan, rekan kerja yang sejajar/setingkat, dan bawahannya. Hasil dari penilaian kinerja, selanjutnya dianalisa dan dikomunikasikan kembali kepada pegawai yang dinilai agar mereka mengetahui kinerjanya selama ini serta mengetahui kinerja yang diharapkan oleh organisasi. Evaluasi terhadap sistem penilaian kinerja yang telah dilakukan juga dilaksanakan pada tahap ini. Apakah penilaian kinerja tersebut sudah dapat mencapai  tujuan dari diadakannya penilaian kinerja atau belum. Apabila ternyata belum, maka harus dilakukan revisi atau mendesain ulang sistem penilaian kinerja.
E.  Masalah dan Solusi Penilaian Kinerja
Masalah/tantangan penilaian kinerja menurut Sri Minarti yaitu, kesalahan dalam penilaian, ketidaksiapan penilai, ketidakefektifan praktik dan kebijakan organisasi pendidikan, serta formulir penilaian yang kurang baik.[15]
Menurut Arthur Wise dalam James J. Jones & Donald L. Walters bahwa terdapat beberapa masalah yang muncul dalam penilaian kinerja, seperti:[16]
1.    Staf manajemen cenderung kurang memiliki komitmen dan/atau kompetensi untuk memberikan penilaian
2.    Para guru seringkali menolak atau apatis terhadap pengembangan setelah dilakukan penilaian
3.    Metode-metode penilaian selama ini seringkali sembrono serta kurang memiliki kredibilitas
4.    Petugas evaluasi seringkali merupakan petugas yang tidak terlatih
Beberapa solusi terhadap masalah penilaian kinerja:
1.    Penilaian kinerja harus direncanakan dengan matang.
2.    Dilakukan dengan sikap yang tepat terhadap penilaian dan hasilnya digunakan memperbaiki segala kelemahan jika sifatnya untuk perbaikan.
3.    Dilakukan kegiatan-kegiatan pengembangan setelah adanya penilaian.
4.    Dilakukan harus sesuai dengan sistem dan tujuan-tujuan dari sekolah yang bersangkutan.

  
F.     Penilaian Kerja dalam Persfektif Islam
Sebenarnya umat islam termasuk beruntung karena semua pedoman dan panduan sudah terkodifikasi, kini tinggal bagaimana kita menterjemahkan dan mengapresiasikan nya dalam kegiatan harian, mingguan, dan bulanan. Jika kita pandang dari sudut bahwa tujuan hidup itu mencari ridha allah SWT maka apapun yang dikerjakan nya, apakah di rumah, di kantor, di ruang kelas, di perpustakaan, di ruang penelitian atau pun dalam kegiatan ke masyarakatan, takkan lepas dari kerangka tersebut.
Artinya, setiap pekerjaan yang kita lakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam rangka pencapaian ridha allah. Cara melihat seperti ini akan memberikan dampak, misalnya, dalam kesungguhan mendapat pekerjaan. Jika seseorang sudah meyakini bahwa Allah SWT sebagai tujuan akhir hidup nya maka apa yang dilakukan nya di dunia tak dijalan kan dengan sembarangan. Ia akan mencari kesempurnaan dalam mendekati kepada Al-Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan indrawi yang berada pada diri nya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupan nya.[17] Ini bias berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi diri nya bekerja tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada yang maha suci. Lebih seksama lagi, ia akan bekerja dalam bahasa populernya secara professional.[18]
Prestasi kerja ialah kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan pekerjaan.[19] sejauh mana keberhasilan seseorang atau organisasi dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut “level ofperformance”. Biasanya orang yang level of performance tinggi disebut orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standart dikatakan sebagai tidak produktif atau ber performance rendah.[20]
ALLAH swt. Berfirman dalam al-quran :
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا ۖ وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagimereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.” ( Q.S. Al-Ahqaaf :t 19)
Dari ayat tersebut bahwasanya Allah pasti akan membalas setiap amal perbuatan manusia berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan. Artinya jika seseorang melaksanakan pekerjaan dengan baik dan menunjukkan kinerja yang baik pula bagi organisasinya maka ia akan mendapat hasil yang baik pula dari kerjaannya dan akan memberikan keuntungan bagi organisasinya.
Kita dapat mengambil pelajaran dari ayat di atas bahwa setiap manusia yang bekerja akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang di kerjakannya. Seperti Allah SWT akan menaikkan derajat bagi mereka yang bekerja
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Penilaian kinerja pegawai merupakan kesempatan periodik untuk melakukan komunikasi antara orang yang menugaskan pekerjaan dengan orang yang mengerjakannya untuk mendiskusikan apa yang saling mereka harapkan dan seberapa jauh harapan ini dipenuhi. Penyempurnaan yang dilakukan dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dari berbagai kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada sekaligus untuk menghindari berbagai ancaman dan untuk meminimalisir bahkan mengeliminir berbagai kelemahan yang dimiliki.
Melalui sistem penilaian yang sempurna, diharapkan apa yang menjadi tujuan dari penilaian itu sendiri bisa tercapai secara efektif, sehingga bisa dihasilkan Aparatur Negara yang sempurna dan seimbang lahir maupun bathinnya, yang ditandai dengan adanya tingkat kompetensi yang tinggi dan perilaku yang mencerminkan seorang Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat. Adanya perilaku yang baik dan tingkat kompetensi yang tinggi pada masing-masing individu, secara langsung juga akan meningkatkan kompetensi organisasi atau instansi dimana pegawai tersebut mengabdi.
Untuk mewujudkan akuntabilitas publik atau akuntabilitas kinerja instansi pemerintah agar dapat berjalan sesuai yang diinginkan dan dicita-citakan bersama, harus disertai dengan upaya mewujudkan akuntabilitas perilaku/tingkah laku baik personal (behavior) dan wajib dilakukan oleh setiap entitas (institusi/organisasi) terhadap personalnya.
Penilaian prestasi sebenarnya tidak hanya untuk kepentingan perubahan status Karyawan (dari status percobaan/kontrak akan menjadi tetap) atau untuk  kenaikan jabatan saja. Tapi juga bisa untuk menentukan mutasi, demosi, kenaikan gaji berkala (kalau ada), perhitungan insentif, bonus dan bentuk reward yang lain.
B.  Saran
Demikianlah makalah ini dibuat semoga bermanfaat dalam menambah wawasan kita semua, penyusun menyarankan pembaca untuk memberikan kritikan dan saran yang membangun untuk kesuksesan makalah selanjutnya.












DAFTAR PUSTAKA

CN Parkison, Manajemen Efektif, Semarang: Dahara Prize, 1986
Gary Dessler, Human Resource Management. (Ter. Paramita Rahayu). Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta Barat : PT. Indeks, 2010
James J. Jones & Donald L. Walters, Human Resource Management in Education, (Yogyakarta: Q-Media, 2008
Mejia, Luis R. Gomes, dkk.. Managing Human Resource Management. New Jersey. Person Prentice Hall.Fourth Edition. 2004
Mondy dan Noe, HumanResource Management, Massachusetts : Allyn & Bacon. , 1993
Robert Kreitner dan Anggelo Kinicki, Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour), Edisi V, Terjrmahan, Endy Suandy, Jakarta, Salemba, Empat, 2000
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 1996
Sri Minarti, Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandir), (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011
Werther wiliam B, dan Davis Keith, Human Resource And Personnel Management, 5 th ed, McGraw-Hill, New York, 1996
Wibowo, Manajemen Kinerja edisi kedua, Jakarta: Rajawali Pers, 2009



[1] Gary Dessler, Human Resource Management. (Ter. Paramita Rahayu). Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta Barat : PT. Indeks, 2010, hal. 322
[2] James J. Jones & Donald L. Walters, Human Resource Management in Education, (Yogyakarta: Q-Media, 2008, hal. 241
[3] Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 1996, hal. 225-226
[4] Mondy dan Noe, HumanResource Management, Massachusetts : Allyn & Bacon. , 1993, hal. 394
[5] Mejia, Luis R. Gomes, dkk.. Managing Human Resource Management. New Jersey. Person Prentice Hall.Fourth Edition. 2004, hal. 222-223
[6] Sri Minarti, Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandir), (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 141-142
[7] Werther wiliam B, dan Davis Keith, Human Resource And Personnel Management, 5 th ed, McGraw-Hill, New York, 1996, hal. 342
[8] Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, , hal. 227-228
[9] Werther wiliam B, dan Davis Keith, Human Resource And Personnel Management, hal. 350
[10] Robert Kreitner dan Anggelo Kinicki, Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour), Edisi V, Terjrmahan, Endy Suandy, Jakarta, Salemba, Empat, 2000, hal. 303-304
[11] Mondy dan Noe, HumanResource Management, hal. 402-114
[12] Mondy dan Noe, HumanResource Management, hal. 414
[13] Gary Dessler, Human Resource Management, hal. 327
[14] Mondy dan Noe, HumanResource Management, hal. 398
[15] Sri Minarti, Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandir), hal. 149
[16] James J. Jones & Donald L. Walters, Human Resource Management in Education, hal. 241
[17] Wibowo, Manajemen Kinerja edisi kedua, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal 21
[18] Wibowo, Manajemen Kinerja edisi kedua,  hal 21
[19] CN Parkison, Manajemen Efektif, Semarang: Dahara Prize, 1986, hal 61
[20] CN Parkison, Manajemen Efektif, hal 61

Tidak ada komentar:

Posting Komentar