JURNAL
SIKLUS BELAJAR INDIVIDU DI MASYARAKAT
Sosiologi Pendidikan
Dosen : Dr. Saefudin Zuhri, M.Ag
Abstrak
Dalam
proses pembelajaran, seorang guru perlu mencermati setiap kegiatan yang
dilakukan terutama mengidentifikasi strategi mengajar yang dapat menumbuhkan
motivasi dan mengembangkan kreatifitas peserta didik. Motivasi merupakan pilar
utama dalam proses belajar mengajar, karena motivasi menentukan intensitas
belajar peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu diperlukan
strategi mengajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat
melakukan secara langsung tentang koefisien elastisitas, misalnya saja lewat
implementasi penerapan dalam kehidupan sehari-hari pada proses pembelajaran.
Pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama
kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni
keluarga. Perubahan dalam masyarakat
memang telah ada sejak jaman dulu. Namun dewasa ini
perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat. Hal ini
membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan-perubahan mana sering
berjalan secara konstan dan terikat dengan waktu dan tempat. Akan tetapi karena
sifatnya berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, meskipun
diselingi keadaan di mana masyarakat yang mengalami perubahan.Telah menjadi
hukum alam bahwa masyarakat memiliki perbedaan dalam adopsi setiap perubahan
ataupun inovasi baru.
Halini terjadi, karena
anggota masyarakat memiliki perbedaan kesiapan untuk menerima perubahan itu,
sebagai akibat dari adanya variasi pengetahuan, cara berpikir, sikap, variasi
personalitas, pengalaman, selain kesesuaiannya antara nilai yang ia miliki dengan
nilai baru yang ditawarkan. Selain karakteristik yang dimiliki oleh
seseorang atau suatu masyarakat, faktor referensi atau panutan juga
berperanan penting dalam adopsi perubahan itu.
Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi,
peran dan kiprah lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang
sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian
pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang
tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi
dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat
tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
Kata
kunci: siklus pembelajaran masyarakat, fungsi-fungsi sekolah
Pendahuluan
Dalam
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan adalah untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk
mmeningkatkan hal tersebut guru wajib melaksanakan Standar Proses pada
Permendikbud No 65 tahun 2013 secara professional. Dalam kontek tersebut guru
melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian harus memadai dalam cakupan
seluruh pembelajaran.
Dalam
implementasi Standar Proses Pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat
penting, sebab keberhasilan pelaksanaanya proses pendidikan sangat tergantung
pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itu sudah semestinya guru menguasai
berbagai metode, strategi, ataupun model-model pembelajaran.
Hampir segala sesuatu yang dipelajari di
masyarakat merupakan hasil hubungan suatu individu dengan individu lain
baik dirumah, sekolah, tempat
permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang
nampak adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa
dibentuk oleh masyarakat.
Sekarang
ini sudah banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran yang menjadikan
proses pembelajaran berlangsung efektif, efisien, kreatif, dan menyenangkan.
Pembelajaran dengan cara tersebut harus dikembangkan, kalau ingin terpenuhinya
standar Proses Pendidikan seperti yang diamanatkan oleh Permendikbud no 65
Tahun 2013.
Model
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru di sekolah/ madrasah bermacam-macam
seperti pembelajaran langsung (Direct Instruction), pembelajaran
berkelompok (Cooperative Learning),
pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Of Instruction) dan
masih banyak lagi model yang digunakan dalam pembelajaran.
Siklus Belajar
Individu di Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari
masyarakat, karena apabila sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya
kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh
kekuatan masyarakat.
Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan
sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya.
Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka
kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan,
keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki
oleh setiap anggota. Setiap masyarakat
berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu
sesuai corak masing-masing periode jaman kepada generasi muda
melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosialdengan demikian
pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.[1]
Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah
dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan
lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Seorang bayi yang
baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya
sama sekali. Menyadari hal demikian sang ibu berupaya
memberikan segala bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta
kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut serta gendongan yang
begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama
si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari manusia lain.
Sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan sehat di
dalam mahligai cinta kasih perpaduan sepasang manusia yang menjadi orang
tuanya.[2]
Melihat alur perkembangannya maka berbagai
jenis konfigurasi pendidikan sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh
Randall Collins,1979 tentang tiga tipe dasar pendidikan
yang hadir di seluruh dunia, yakni:[3]
1.
Pertama jenis pendidikan keterampilan dan praktis,
yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan
maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikankepada bentuk mata
pencaharian masyarakat. Jenispendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang
masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau
jugamasyarakat agraris awal.
2.
Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran
yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta
hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat
yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini dirancang
bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada
pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan
ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris
dan industri.
3.
Tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh
pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang
berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana
sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe
pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran,
peringkat dan derajat.[4]
Demikianlah tipe-tipe pendidikan tersebut telah
mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga
jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja
prosentasi penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding searah dengan
model masyarakat yang terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula
ternyata gelombang sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat
dunia secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.
Pengaruh modernisasi di berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter
pendidikan yang hampir sama meskipun memiliki ciri khas tertentu di tiap-tiap
negara pada akhir abad ke 20 an. Sebagaimana penuturan Tilaar bahwa dalam
masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan sebagian dilaksanakan dalam
lembaga pendidikan yang disebut sekolah dan pendidikan dalam lembaga-lembaga
tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal yang biasa
dikenal oleh masyarakat sebagai “sekolah”.
Pendidikan dilihat memiliki kontribusi
positif demi menjalankan roda perekonomian serta putaran gerigi-gerigi mesin industri
masyarakat pendukungnya. Prinsip-prinsip tersebut antara lain yaitu,
1.
Persyaratan pendidikan dari pekerjaan-pekerjaan
dalam masyarakat industri yang terus meningkat sebagai akibat
dari adanya perubahan teknologi yang memiliki dua aspek yaitu,
a.
Proporsi pekerjaan yang
memerlukan keterampilan yangrendah berkurang sementara proporsi yang memerlukan
keterampilan tinggi bertambah.
b.
Pekerjaan-pekerjaan yang
sama terus meningkatkan persyaratan keterampilannya.
2.
Pendidikan formal memberi latihan yang
diperlukan kepada orang-orang untuk mendapat pekerjaan yang
berketerampilan lebih tinggi.
3.
Sebagai akibat dari yang disebut di atas,
persyaratan pendidikan untuk bekerja terus meningkat dan semakin
banyak orang yang dituntut untuk menghabiskan waktu yang lebih lama
di sekolah.[5]
Dari analisis tersebut kiranya cukup jelas
apabila masyarakat Indonesia semenjak kemerdekaannya tidak pernah lepas dari
kehidupan pendidikannya. Dengan upaya penerapan
sekolah secara merata bagi rakyat di seluruh penjuru tanah air dapat rasakan manfaat besarnya dalam membantu menopang
ekskalasi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Baik itu wajah
materiil hasil pembangunan fisik wilayah Negara maupun peningkatan pola pikir
manusia Indonesia yang semakin cerdas menjadi bukti kuat prestasi pendidikan .[6]
Bisa disimpulkan pula
bahwa alam reformasi yang rasakan saat ini merupakan salah satu aspek jerih
payah kerja sekolah-sekolah diIndonesia (termasuk perguruan tinggi) demi
mencapai cita-citarakyat Indonesia.
Fungsi-fungsi Sekolah
Secara mendasar sekolah
bertugas untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang diperlukan seseorang agar ia dapat menapaki perjalanan
kedewasaannya secara utuh dan tersalurkannya bakat-bakat potensial yang
ia miliki. Namun dalam konteks sosial pada kenyataannya sekolah mempunyai
beberapa fungsi yakni:[7]
1.
Sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat
suatu pekerjaan
Apabila
meninjau secara menyeluruh proses perjalanan pendidikan sepanjang
masa, maka segera melihat
kenyataan bahwa kemajuan dalam pendidikan beriringan dengan
kemajuan ekonomi yang secara bersamaan melaju pesat dengan prosesevolusi
teknik berproduksi masyarakat. Dalam masyarakat bercorak agraris yang
stabil pendidikan menyangkut penyampaian keterampilan-keterampilan,
keahlian, adat istiadat serta nilai-nilai.
Sementara itu pada sistem
ekonomi masyarakat maju, sistem pendidikan tentunya mempunyaikecenderungan
untuk memberikan pengetahuan dalam jumlah yang terus bertambah kepada
kelompok-kelompok manusia dalam jumlah besar, karena proses-proses produksi
yang lebih seksama menghendaki pekerja memiliki kualifikasi keahlian
yang tinggi. Oleh sebab itu penerapan sistem sekolah bermaksud untuk memberikan
kompetensi-kompetensi jenis keahlian dalam lahan pekerjaan yang terbentang luas
kompleksitasnya. Anak yang menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan
pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dunia pekerjaan atau setidaknya mempunyai
dasar untuk mencari nafkah. Makin tinggi pendidikan makin besar harapannya
memperoleh pekerjaan yang layak dan memiliki prestise tinggi. Dengan ijasah yang tinggi seseorang dapat
memahami dan menguasai pekerjaan kepemimpinan atau tugas lain yang
dipercayakan kepadanya.
2.
Sebagai alat transmisi kebudayaan
Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat kepada
anak menurut Vembriarto (1990) dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu (1)
transmisi pengetahuan & keterampilan, dan (2) transmisi sikap,
nilai-nilai dan norma-norma. Transmisi pengetahuan ini mencakup
pengetahuan tentang bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan sosial
serta penemuan-penemuan teknologi.
Dalam masyarakat industri yang kompleks,
fungsi transmisi pengetahuan tersebut sangat penting sehingga
proses belajar di sekolah memakan waktu lebih lama,
membutuhkan guru-guru dan lembaga yang khusus. Dalam arti sempit transmisi
pengetahuan dan keterampilan itu berbentuk vocational training. Di masyarakat Jawa, ayah mengajarkan kepada anaknya cara mempergunakan
cangkul serta peralatan pertanian lain secara intensif sampai sang anak
memahami teknik-teknik tertentu membudidayakan tanaman pangan yang sudah
ratusan tahun dikembangkan oleh nenek moyang pendahulunya. Sementara disekolah teknik, anak belajar
bagaimana caranya memperbaiki mobil.
Dalam kategori transmisi pengetahuan dan
keterampilan fungsi dari sekolah modern tidak berbeda jauh dengan penerapan pendidikan
tradisional yang dilakukan oleh bermacam-macam suku bangsa semenjak
ratusan tahun silam. Hanya saja sekolah memiliki perangkat penataan
serta organisasi sumber daya yang lebih sistematis dan terpadu dalam penyelenggaraan
pendidikannya. Namun tak dapat dipungkiri output pendidikan
juga menjaminkualitas yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Anak masyarakat Jawa belajar menjadi petani yang baik sesuai
dengan tuntutan masyarakatnya sementara di era modern ini
sekolah dapat menghasilkan ratusan tenaga terampil sesuai
dengan spesifikasi keahliannya.
Dari segi transmisi sikap, nilai-nilai dan
norma-norma masing-masing lembaga dalam konteks karakter
sosiokultural juga tidak bisa dipungkiri peran dan fungsinya.
Pemuda-pemuda dari masyarakat Jawa yang masih tradisional harus
mengikuti dengan cermat model-model penggemblengan spiritual di
kala mereka akan menginjak dewasa melalui lembaga-lembaga pendidikan
seperti padepokan, pondok pesantren dan sejenisnya yang tumbuh subur dalam
perjalanan kebudayaan masyarakat setempat. Wujud keberadaan lembaga
tersebut merupakan buktitentang kiprah peranan lembaga pendidikan dalam
mengupayakan terjaminnya transformasi nilai-nilai dan norma yang
senantiasa dijunjung tinggi.
Sementara itu, dalam masyarakat moderndi sekolah,
anak tidak hanya mempelajari pengetahuan danketerampilan, tetapi juga sikap,
nilai-nilai dan norma-norma.Sebagian besar sikap dan nilai-nilai itu dipelajari
secara informal melalui situasi formal di kelas dan di sekolah. Melalui contoh pribadi guru, isi cerita buku-buku bacaan pelajaran
sejarah dan geografi serta situasi lingkungan sekolah anak mempelajari
sikap,nilai-nilai dan norma-norma masyarakat.
3.
Sekolah mengajarkan peranan
sosial
Pendidikan diharapkan
membentuk manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia sekalipun
berbeda agama, suku bangsa, pendirian dan sebagainya. Ia juga harus dapat
menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang berbeda-beda.
Kalau diselidiki, tentu akan ditemukan
bermacam-macam alasan lain mengapa orang tua menyekolahkan anaknya.
Misalkan menyekolahkan anak gadis sampai ada yang meminangnya,
atau menyerahkan anaknya ke dalam pengawasan guru karena lebih sulit
mengurusinya sendiri di rumah dan sebagainya.
4.
Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
Bagi negara-negara berkembang, pendidikan
dipandang menjadi alat yang paling ampuh untuk menyiapkan
tenaga produktif guna menopang proses pembangunan. Kekayaan
alam hanya mengandung arti bila didukung oleh keahlian. Maka karena
itu manusia merupakan sumber utama bagi negara.
Menurut analisis Faisal
dan Yasik (1985) sepanjang dasawarsa 60-an, dunia pendidikan memiliki andil
besar dalam membantu proyek negara untuk bangkit melakukan pembangunan di
segala bidang. Persekolahan di kala itu, menjadi pusat perhatian dan dambaan
para perencana yang mengupayakan perubahan perubahan besar, baik dalam bidang
ekonomi maupun sosial,menjadi pusat perhatian para politisi yang berusaha
membangun semangat kebangsaan, serta menjadi kepentingan wargamasyarakat yang
berharap menemui peningkatan kesejahteraan hidupnya. Di awal-awal dasawarsa 60-an ada suatu
keyakinan kuat dari seluruh komponen masyarakat tentang urgensi
lembaga pendidikan bagi proses modernisasi dan industrialisasi.
Sistem pendidikan dipandang sebagai penghasil tenaga-tenaga
terampil dan juga pengetahuan baru yang dibutuhkan bagi
perkembangan teknologi dan ekonomi.Sistem pendidikan, juga
dianggap berandil besar dalam menanamkan disiplin, sikap dan
motivasi sumber daya manusia guna menopang perkembangan industrialisasi.
Dalam hubungan ini, modal manusiawi dianggap
jauh melebihi pentingnya modal-modal fisik apapun juga; bahkan
bagi para ahli ekonomi yang agresif sampai menunjukkan perbedaan signifikansi
modal dalam wujud angka-angka presentase. Merekam ini memiliki
keyakinan kuat bahwa orang-orang terdidik begitu produktif dalam melaksanakan
tugas pekerjaan, tanggap terhadap tuntutan keterampilan baru, serta mampu
menunjukkan loyalitas yang lebih tinggi terhadap dunia pekerjaannya. Inilah
salah satu bukti dari kiprah pendidikan di Indonesia pada waktu segenap rakyat
dan lapisan masyarakat memiliki hajat besar untuk membangun negaranya.
5.
Sekolah membuka kesempatan
memperbaiki nasib
Semenjak diterapkannya sistem persekolahan yang
bias dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat diseluruh
penjuru tanah air maka secara otomatis telah mendobrak tembok ketimpangan
sosial masyarakat feodal dan menggantinya dengan bentuk mobilitas
terbuka. Sekolah menjadi tempat yang paling strategis untuk
menyalurkan kebutuhan mobilitas vertical dalam kerangka stratifikasi sosial
masyarakat.[8]
Perubahan ini cukup menyeruak karena di
dalam tatanan sosialnya telah mengalami pergeseran kriteria-kriteria pekerjaan
yang secara tidak langsung mengubah kontruksi susunan masyarakat
secara drastis. Bagi orang-orang yang ingin menapaki karier hidup
yang lebih prestisius maka mereka cukup mendaftarkan diri ke lembaga sekolah
dan berproses secara serius sampai pada akhirnya menerima bukti kelulusan.
Bisa dijamin ijasah yang didapat dari sekolah tersebut lebih diperhatikan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan dari pada gelar bangsawan yang sudah
mulai usang. Melalui pendidikan orang dari golongan rendah dapat meningkat
ke golongan yang lebih tinggi.[9]
Banyak pemuda-pemuda yang berhasil menapaki
jenjang karir hidupnya melalui sekolah meskipun memiliki latar
belakang status yang tergolong rendah. Oleh karena itu orang tua berusaha menyekolahkan
anaknya dengan harapan akan dapat memperoleh hasil yang memuaskan bagi
peningkatan derajat dan status keluarga di kemudian hari.
6.
Menciptakan integrasi sosial
Dalam masyarakat yang bersifat heterogen dan
pluralistik,terjaminnya integrasi sosial merupakan fungsi pendidikan
sekolah yang cukup penting. Masyarakat Indonesia
mengenal bermacam macam suku bangsa masing-masing dengan adat istiadatnya
sendiri, bermacam-macam bahasa daerah, agama, pandangan politik dan lain
sebagainya. Dalam keadaan demikian bahaya disintegrasi sosial sangat besar.
Sebab itu tugas pendidikan sekolah yang terpenting adalah menjamin integrasi sosial.Untuk
menjamin integrasi sosial itu, caranya ialah sebagai berikut:
a.
Sekolah mengajarkan bahasa
nasional. Bahasa nasional ini memungkinkan komunikasi antara
suku-suku dan golongan yang berbeda-beda dalam masyarakat.Pengajaran
bahasa nasional ini merupakan cara yang palingefektif untuk menjamin integrasi
sosial.
b.
Sekolah mengajarkan pengalaman-pengalaman yang
sama kepada anak melalui keseragaman kurikulum dan
buku-buku pelajaran dan buku bacaan di sekolah. Dengan
pengalaman yang sama itu akan berkembang sikap dan nilai-nilai yang sama
dalam diri anak.
c.
Sekolah mengajarkan kepada anak corak
kepribadian nasional (national identity) melalui pelajaran sejarah
dan geografi nasional, upacara-upacara bendera, peringatan hari
besarnasional, lagu-lagu nasional dan sebagainya. Pengenalan kepribadian
nasional itu akan menimbulkan perasaan nasionalis medan perasaan
nasionalisme itu akan membangkitkan patriotisme.
7.
Kontrol Sosial Pendidikan
Di dalam percakapan sehari-hari, sistem
pengendalian social atau social control seringkali diartikan sebagai
pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan khususnya
pemerintah beserta aparaturnya. Asumsi tersebut memang ada
benarnya namun dalam pengertian yang mendasar pengendalian social tidak
hanya berhenti pada pengertian itu saja.
Arti sesungguhnya pengendalian sosial jauh
lebih luas, karena pada pengertian tersebut tercakup segala proses, baik yang
direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan
memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan
nilai sosial yang berlaku.
Jadi pengendalian sosial dapat dilakukan
oleh individu terhadap individu lainnya (misalnya seorang ibu
mendidik anak-anaknya agar menyesuaikan diri pada kaidah-kaidahdan
nilai-nilai yang berlaku) atau mungkin dilakukan oleh individu terhadap
suatu kelompok sosial (umpamanya, seorang dosen di Perguruan Tinggi
memimpin beberapa orang mahasiswa dalam kegiatan kuliah kerja
lapangan).Seterusnya pengendalian social dapat dilakukan oleh kelompok terhadap
kelompok lainnya, atau oleh suatu kelompok terhadap individu. Itu semua
merupakanproses pengendalian sosial yang dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, meskipun seringkali manusia tidak menyadari.
Dengan demikian secara mendasar pengendalian
sosial bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan
perubahan perubahan dalam masyarakat atau suatu sistem pengendalian bertujuan
untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan
keadilan. Menurut Soekanto (1990) sifat pengendalian sosial biasbersifat
preventif atau represif. Preventif merupakan suatu usaha pencegahan
terhadap munculnya gangguan-gangguan padake serasian antara kepastian
dengan keadilan.
Usaha-usaha preventif dijalankan
melalui proses sosialisasi, pendidikan formal dan informal. Dari penegasan
tersebut bisa dikatakan bahwa aktivitas pendidikan baik itu di sekolah
maupun di luar sekolah merupakan salah satu alat pengendalian sosial yang
telah melembaga baik itu pada masyarakat tradisional maupun
yang sudah modern. Sehingga dalam hal ini pengertian
pendidikan merupakan proses pengendalian secara sadar di mana
perubahan-perubahan tingkah laku dihasilkan dari di dalam diri orang
itu melalui pergulatan sosialnya.
Dari pandangan ini pendidikan adalah suatu
proses yang dimulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.
Pengertian pengendalian secara sadar ini berarti adanya tingkat-tingkat
kesadaran dari tujuan yang hendakdi dapat.Sementara itu, sebagaimana uraian
penjelasan pada halaman halaman terdahulu bahwa di era modern ini
lembaga pendidikan juga mengalami proses transformasi baik itu pola
kegiatan, tatanilai, bentuk dan organisasi perannya di masyarakat.
Secara spesifik telah memunculkan lembaga sekolah sebagai
manifestasi wujud orientasinya. Sehingga pada segi sosialnya sekolah
memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak. Sebagai
salah satu upaya pengendalian sosial ada empat cara yang dapat digunakan
sekolah yakni :
a.
Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma,
nilai-nilai daninformasi melalui pengajaran secara langsung,
misalnya tentang falsafah negara, sifat-sifat warga negara yang
baik,struktur pemerintahan, sejarah bangsa dan sebagainya.
b.
Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti
perkumpulan sekolah, Pramuka, kelompok olah raga, dan sebagainya yangdapat
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari dan mempraktikkan
berbagai keterampilan sosial.
c.
Memperkenalkan anak dengan tokoh-tokoh yang
dapat dijadikan anak sebagai figur tauladannya. Dalam hal ini guru-guru dan
pemimpin sekolah memegang peranan yang penting.
d.
Menggunakan tindakan positif dan negatif untuk
mengharuskan murid mengikuti tata perilaku yang layak dalam bimbingan
sosial. Yang termasuk dalam tindakan positif ialah pujian, hadiah dan
sebagainya sedangkan cara yang negative berupa hukuman, celaan dan sebagainya.
Perubahan
Sosial dan Pendidikan
Telah banyak dibicarakan oleh publik bahwa
masyarakat saat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan. Namun
karena gejala tersebut memiliki intensitas yang begitu kuat maka
banyak pihak yang mengkhawatirkan ketangguhan “daya tangkal”
nilai-nilai masyarakat yang telah mapan menjadi goyah lalu perlahan-lahan akan
mengalami pemudaran.[10]
Sementara kalau sadari perubahan budaya manusia melekat
dengan perubahan alam dan jaman. Pada era teknologi suatu masyarakat akan
ketinggalan apabila masyarakat itu tidak menerapkan teknologi dalam
tatanan hidup mereka. Bahkan teknologi telah terbukti membawa tingkat efisiensi
dan kemakmuran masyarakat, karena sifat dari teknologi itu yang
pada dasarnya memburu perolehan nilai tambah perubahan budaya
itu pada dasarnya adalah untuk adaptasi terhadap perubahan alam dan
jaman agar manusia tetap mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka.[11]
Meskipun kekayaan sumber daya alam
bukan faktor penentu terhadap kemajuan suatu masyarakat
dibandingkan dengan kekayaan sumber daya manusia tetapi semakin
berkurangnya daya dukung potensi sumber daya alam dibanding dengan
tuntutan kebutuhan manusia yang jumlahnya semakin besar tetap akan
berdampak terhadap terjadinya perubahan pola hidup manusia. Apabila produk
dan jasa yang menjadi ukuran kekuatan suatu masyarakat potensial bagi
masyarakat tertentu,maka mereka itu yang akan mampu menguasai pasar, yang akhirnyamerekalah
yang akan mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka. Akhirnya
penguasaan teknologi yang akan menghasilkan unggulan suatu bangsa.[12]
Berdasarkan tinjauan di atas, bahwa untuk
mempertahankan eksistensi hidup masyarakat tidak dapat terhindar dari
penguasaan teknologi, maka unsur kreativitas, unsur kemandirian
dalam kebersamaan, unsur produktivitas, menjadi faktor yang
sangat penting untuk menaggapi budaya hidup teknologis itu.
Berarti pendidikan yang menghasilkan manusia-manusia kreatif menjadi tuntutan
dalam pola pendidikan umum saat ini banyaknya media yang dapat berperan
sebagai sumber informasi pendidikan bagi generasi bangsa saat ini, maka
konsep pendidikan perlu mengalami pergeseran, pendidikan bukan lagi
sebagai usaha yang disengaja lagi akan tetapi menjadi kondisi apapun yang
dampaknya dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai-nilai manusia.
Kondisi dalam kehidupan keluarga, kondisi yang
terjadi dalam masyarakat luas sebagai panggung pentas budaya bangsa
kondisi yang ditampilkan oleh berbagai media baik cetak maupun
elektronika, kondisi yang terjadi di sekolah kesemuanya secara
bersama-sama mewujudkan terjadinya proses pendidikan bagi
generasi bangsa .
Baik dipandang dari dimensi tuntutan
kualitas manusia masa kini dan masa datang maupun dari kondisi
pendidikan yang semakin kompleks dan multi dimensional itu, maka
pendidikan telah saatnya lebih banyak memberi kesempatan anak-anak
mengaktualisasikan diri dalam kondisi yang terkontrol baik dirumah maupun
di sekolah untuk mengimbangi kondisi yang tidak terkontrol dalam kehidupan
di masyarakat luas yang justru tarik menarik pengaruhnya terhadap proses
pendidikan formal semakin besar.
Peran pendidikan orang tua dan
pendidikan sekolah dituntut semakin besar, apabila ingin generasibangsa tidak mengalami pemudaran nilai-nilai budaya
bangsa yang akan menjalar kepada pemudaran rasa kebangsaan , dengan
lebih besar memberikan kesempatan kepada merekauntuk mengaktualisasikan diri
mereka masing-masing.
Pendidikan dan
Pembaharuan Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang
besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk
masyarakat baru. Oleh karena itu setiap anak diharapkan memasuki
sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang
lebih indah dari pada yang sudah-sudah.[13]
Sekolah dapat merekonstruksi atau mengubah dan
membentuk kembali masyarakat baru. Apakah harapan itu akan terpenuhi? Dapat dipertanyakan pihak yang berkuasa di
suatu negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan
dasar-dasar masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi
tanpa persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat. Sekolah tak dapat
melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan dari kontrol pihak
yang berkuasa.
Sekolah hanya dapat mengikuti perkembangan
dan perubahan masyarakat dan tak mungkin mempelopori atau mendahuluinya.
Jadi tidak ada harapan sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas
dari proses perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat itu. Belajar dari pengalaman berbagai dunia, tentu saja sekolahdapat
digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang
diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti Hitler di Jerman, Partai
Komunis di Uni Soviet, Jepang di daerah jajahannya dan sebagainya. Sistem
pendidikan adalah alat yang ampuh untuk mengindoktrinasi generasi muda agar
menciptakan suatu masyarakat menurut keinginan mereka yang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan dalam suatu
negara, misalnya oleh golongan yang menganut ideologi lain akan memanfaatkan
sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka.[14]
Kesimpulan
Dari uraian
diatas dapat disimplkan sebagai berikut:
1.
Dalam masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan sebagian dilaksanakan
dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah dan pendidikan dalam
lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan
terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal yang biasa
dikenal oleh masyarakat sebagai “sekolah”.
2.
Dalam konteks sosial pada
kenyataannya sekolah mempunyai beberapa fungsi yakni:
·
Sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat
suatu pekerjaan
·
Sebagai alat transmisi kebudayaan
·
Sekolah mengajarkan peranan
sosial
·
Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
·
Sekolah membuka kesempatan
memperbaiki nasib
·
Menciptakan integrasi sosial
· Kontrol Sosial
Pendidikan
3.
Untuk mempertahankan eksistensi hidup
masyarakat tidak dapat terhindar dari penguasaan teknologi,
maka unsur kreativitas, unsur kemandirian dalam kebersamaan, unsur
produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting untuk menaggapi budaya hidup
teknologis itu.
4.
Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa
persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat. Sekolah
tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan dari
kontrol pihak yang berkuasa.
Daftar Pustaka
Heri, Brutosusilo, Agus, Masyarakat dan
Kebebasan, Cet. 2; Jakarta : Rajawali. 1986
Herimanto dan
Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Ed. 1, Cet. 4;Jakarta:
Bumi Aksara, 2010
Nehnavajsa, Jiri, Sosiologi Modernisasi, Jogjakarta: PT Tiara
Wacana Yogya, 1993
Shadily, Hassan, Sosiologi untuk
Masyarakat Indonesia,, Cet. 10; Jakarta: PT Bina Aksara, 1984
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Subaidin, Pendidikan Berbasis
Masyaraka, Yokyakarta: Pustaka pelajar, 2007
Widagdho, Djoko,
dkk, Ilmu Budaya Dasar, Cet;VII , Jakarta; Bumi Aksara,
2001
Wahyu, Ramdani, Ilmu
Sosial Dasar, Cet. 1; Bandung: CV Pustaka Setia, 2007
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 24
[6] Hassan Shadily, Sosiologi untuk
Masyarakat Indonesia,, Cet. 10; Jakarta: PT Bina Aksara, 1984, hal. 51
[9] Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar, (Ed. 1, Cet. 4;Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar